Kamis, 03 Januari 2013

TRADISI YANG HAMPIR PUNAH

Tradisi adalah adat kebiasaan yang dilakukan secara turun menurun (dari nenek moyang kita) yang masih dilakukan di masyarakat. Pada kenyataannya sekarang sudah jarang ditemukan orang yang sedang melakukan sebuah ritual tradisi. Mungkin karena perkembangan zaman yang semakin canggih sehingga mengubah pola pikir masyarakat zaman sekarang. Akan tetapi kita tidak boleh meninggalkan tradisi yang sudah dibangun oleh nenek moyang kita.
Salah satu tradisi yang hampir punah adalah tradisi “Palang Pintu” di masyarakat betawi. Adat Palang Pintu adalah sebuah ritual yang sakral dan harus dilalui dalam sebuah prosesi pernikahan. Ini adalah proses disaat mempelai pria hendak masuk ke dalam pelataran rumah mempelai perempuan. Namun tidak semudah itu untuk dapat masuk ke pelataran rumah mempelai perempuan tersebut, karena rombongan pengantin pria akan dihadang para jawara. Awalnya para penjaga pintu mempelai perempuan akan menyambut para tamu dengan sopan. Mereka saling berbalas pantun, kemudian salah satu jawara pengantin perempuan menantang berkelahi jawara dari pengantin pria. Inilah yang disebut sebagai tradisi palang pintu.
Rombungan kedua jawara ini kemudian akan saling bertarung. Awalnya sama-sama memeragakan kebolehan jurus demi jurus dan kemudian ditutup dengan pertandingan satu lawan satu. Para jawara akan saling mengeluarkan jurus andalan mereka, sehingga pertandingan silat tersebut menjadi tontonan yang sangat menarik. Uniknya setiap pertarungan silat, pihak mempelai wanita pasti dapat dikalahkan oleh jawara dari calon pengantin pria. Dalam tradisi masyarakat betawi disebut buka palang pintu. Tujuan dari adat Palang Pintu ini yaitu bahwa seorang pria yang ingin mendapatkan seorang perempuan betawi harus rela berkorban. Selain itu pencak silat yang dilakukan mempelai pria dilambangkan sebagai sosok yang mampu melindungi kehormatan istrinya kelak dengan berbekal kesaktian atau kemampuan bela diri yang dimilikinya.
Usai memenangi pertarungan silat, pihak pengantin perempuan pun biasanya meminta pihak pria untuk menunjukan kebolehannya dalam membaca Al-Qur'an. Hal ini melambangkan bahwa seorang laki-laki harus mampu menjadi imam didalam rumah tangganya. Sebab kepandaian mengaji dapat menjadi tolak ukur paling sederhana dalam hal pengetahuan dan aqidah. Tentu saja pihak mempelai pria harus bisa membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar.
Sekarang ini didaerah perkotaan sudah jarang sekali kita temui dari ritual Palang Pintu ini, karena tradisi ini dianggap sudah tidak relevan dalam dunia modern padahal banyak sekali pesan moral yang ada didalamya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar