TRADISI YANG HAMPIR PUNAH
Tradisi
adalah adat kebiasaan yang dilakukan secara turun menurun (dari nenek moyang
kita) yang masih dilakukan di masyarakat. Pada kenyataannya sekarang sudah
jarang ditemukan orang yang sedang melakukan sebuah ritual tradisi. Mungkin karena
perkembangan zaman yang semakin canggih sehingga mengubah pola pikir masyarakat
zaman sekarang. Akan tetapi kita tidak boleh meninggalkan tradisi yang sudah
dibangun oleh nenek moyang kita.
Salah
satu tradisi yang hampir punah adalah tradisi “Palang Pintu” di masyarakat betawi.
Adat Palang Pintu adalah sebuah ritual yang sakral dan harus dilalui dalam
sebuah prosesi pernikahan. Ini adalah proses disaat mempelai pria hendak masuk
ke dalam pelataran rumah mempelai perempuan. Namun tidak semudah itu untuk
dapat masuk ke pelataran rumah mempelai perempuan tersebut, karena rombongan pengantin
pria akan dihadang para jawara. Awalnya para penjaga pintu mempelai perempuan
akan menyambut para tamu dengan sopan. Mereka saling berbalas pantun, kemudian
salah satu jawara pengantin perempuan menantang berkelahi jawara dari pengantin
pria. Inilah yang disebut sebagai tradisi palang pintu.
Rombungan
kedua jawara ini kemudian akan saling bertarung. Awalnya sama-sama memeragakan
kebolehan jurus demi jurus dan kemudian ditutup dengan pertandingan satu lawan
satu. Para jawara akan saling mengeluarkan jurus andalan mereka, sehingga
pertandingan silat tersebut menjadi tontonan yang sangat menarik. Uniknya
setiap pertarungan silat, pihak mempelai wanita pasti dapat dikalahkan oleh
jawara dari calon pengantin pria. Dalam tradisi masyarakat betawi disebut buka
palang pintu. Tujuan dari adat Palang Pintu ini yaitu bahwa seorang pria yang ingin mendapatkan seorang perempuan betawi harus rela berkorban. Selain itu pencak silat yang dilakukan mempelai pria dilambangkan sebagai sosok yang mampu melindungi kehormatan istrinya kelak dengan berbekal kesaktian atau kemampuan bela diri yang dimilikinya.
Usai memenangi pertarungan silat, pihak pengantin perempuan pun biasanya meminta pihak pria untuk menunjukan kebolehannya dalam membaca Al-Qur'an. Hal ini melambangkan bahwa seorang laki-laki harus mampu menjadi imam didalam rumah tangganya. Sebab kepandaian mengaji dapat menjadi tolak ukur paling sederhana dalam hal pengetahuan dan aqidah. Tentu saja pihak mempelai pria harus bisa membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar.
Sekarang ini didaerah perkotaan sudah jarang sekali kita temui dari ritual Palang Pintu ini, karena tradisi ini dianggap sudah tidak relevan dalam dunia modern padahal banyak sekali pesan moral yang ada didalamya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar